Halaman

Selasa, 05 Februari 2013

Terbang melintasi "Batas Pertanggalan Internasional"

Setelah hampir sebulan melancong di negara Paman Sam (Uncle Sam) atau United States, negara besar yang saat ini dipimpin oleh Presiden Barrack Obama, sebenarnya banyak hal yang perlu saya tulis untuk kita pelajari bersama soal kemajuan kultur bangsa itu. Tapi untuk episode kali ini, saya tertarik mendahulukan soal pengalaman terbang melintasi "Batas per-tanggalan Internasional" atau yang dikenal dengan IDL (International Date Line), karena takut catatan kecil saya terhapus oleh data yang ada dalam tablet saya.
Saya berangkat dari Bandara LAX (Los Angeles) sekitar jam 12:30 waktu LA pada hari Senin tanggal 4 Desember 2012. Saya berada dalam penerbangan NH005 terbang menuju Narita -Tokyo, penerbangan ini  terlambat 35 menit lebih dari time schedule yang semestinya jam 11:55, keterlambatan ini sepertinya disebabkan karena ramainya bandara LAX. Pesawat Boeing B-777-300 milik ANA (All Nippon Airways) yang saya naiki berada di Terminal B yang begitu padat dan sempit, membuat kita push back sangat jauh sebelum memulai taxi menuju runway in-used untuk take-off.
Setelah kita taxi cukup jauh dan akhirnya pesawat kami bisa lolos dari keramaian antrian untuk terbang, setelah take-off pesawat kami terbang menuju kearah utara kira-kira heading 330 derajat menyusuri pantai barat Amerika Serikat, sepertinya memang karena demi safety penerbangan ini harus menyusur pantai benua Amerika dan pulau-pulau di utara (tidak mengarah langsung ke Tokyo yang semestinya ke arah South West). Karena itu kami bisa melihat kota-kota bagian pantai barat dari ketinggian karena cuaca sangat clear. Seperti kota San Fransisco dan beberapa Runway bandara yang cukup jelas terlihat dari kejauhan.

Setelah terbang beberapa jam, pesawat merubah arah  terbang ke arah barat lalu sedikit membelok ke South West, untuk menuju Tokyo. Saya duduk di seat sebelah kanan di bagian jendela, karena itu saya bisa lihat beberapa pulau besar di laut Pacific. Setelah kami terbang selama 06 jam 15 menit dari Departute Point, pesawat kami tepat melintasi garis meridian IDL, saya langsung amati layar monitor depan seat saya yang menunjukkan Longitude 179.52.00 W atau sama dengan 179.28.00 E pada Latitude 56.10.00 N, jadi bukan tepat pada 180 derajat. Cuaca diluar sangat terang dan tidak pernah gelap tapi tanggal berubah dari tanggal 4 Desember (Hari Senin) menjadi tanggal 5 Desember 2012 (Hari Selasa), padahal waktu local di daerah itu menurut monitor ini menunjukkan jam 16.45 (04:45PM).

Sebenarnya dari posisi tersebut, kami masih harus menempuh 04 jam 50 menit lagi baru sampai ke Narita - Tokyo, karena kita harus terbang selama 11 jam 15 menit baru sampai ke Narita. Yang paling menarik dalam penerbangan ini menurut saya adalah kami tidak pernah menemui malam (gelap) karena pesawat kami mengikuti kurva waktu terang (siang hari), setiap satu titik tempat yang kami tinggalkan menurut jarak terbang di peta monitor, satu jam kemudian tempat itu baru akan gelap, jadi seakan-akan pesawat kami terbang lebih cepat dari kecepatan matahari yang menyinari daratan bumi. Sejenak saya catat bahwa kami terbang dengan True Airspeed 901 Km/jam dengan didorong Tail Wind 64 Km/jam, jadi Ground Speed kami menjadi 965 Km/jam, padahal kita harus menempuh jarak sejauh 8900 Km dari LAX untuk mencapai Narita - Tokyo (Jepang).


Benar juga, kami mendarat di Narita pada jam 17.55 Local Time (sore hari Waktu Tokyo), satu jam kemudian baru mulai gelap (sun set), inilah yang terjadi mengapa penerbangan ini tidak menemui malam hari sampai mendarat di Narita. Sebenarnya penerbangan kami sudah sangat terlambat dari jadwal connecting flight kami untuk ke Singapore (terlambat hampir dua jam, mestinya menggunakan NH901 dengan jadwal 17:10 yang menggunakan pesawat A300-200 ANA), karena itu saya tergesa-gesa keluar karena takut ketinggalan pesawat. Begitu kami keluar dari garbarata terminal 1 dengan suasana yang sangat padat, benar juga nama saya beserta isteri sudah tertulis di counter ANA (connecting flight desk), kami mendapatkan pelayanan yang sangat ramah dan seorang gadis manis Jepang berpakaian seragam ANA mengantar kami ke tempat lounge ruang tunggu sambil memberitahu kami bahwa kami berdua sudah telat dan kami akan ditransfer ke pesawat Singapore Airlines. Kami memang cukup lama menunggu di Narita, tapi kami tidak kesal karena kami yakin aman dan tak perlu buru-buru lagi, kebetulan kami juga senang sekali karena pesawat yang kami naiki berikutnya adalah jenis pesawat baru yang lebih besar, pesawat ini adalah jenis Airbus A380- 600. Hanya karena kebiasaan kekhawatiran kami terbang domestik di Indonesia maka saya terpaksa menanyakan ke staf ANA apakah juga secara otomatis berpindah ke Singapore Airlines ? Karena saya gak yakin, maka saya tetap mencoba bertanya untuk memastikan kalau bagasi saya yang naik dari LAX itu akan mengikuti kami. Setelah saya lapor ke staf Singapore Airlines di Narita sebelum kami boarding, dia hanya meminta nomor label bagasi saya, dan hanya beberapa detik saja dia mengetik nomor itu kedalam systemnya lalu kemudian dia menyampaikan bahwa koper kami empat koli koper besar sudah masuk ke perut pesawat Airbus A380 itu dan anda juga gak perlu khawatir besok pagi naik pesawat Garuda Indonesia ke Cengkareng Jakarta dari Changi Singapore pasti barang itu otomatis diantar ke pesawat Garuda GA-823 yang anda naiki besok. Ummmhh .... kata saya ya : Oooh yaa thank you.

3 komentar:

  1. Halo pak, saya telah baca blog bapak, sy diana. bolehkah saya belajar dasar penerbangan dari bapak seperti pengalaman bapak di maroko?
    terimakasih

    BalasHapus
  2. Top 10 Titanium Habanero Lime Shaving Ideas and Tools
    10 Best Habanero Lime Shaving Ideas and Tools · titanium machining 1. The Habanero ford escape titanium 2021 Sauce is perfect to ion chrome vs titanium use when hot and dry. cerakote titanium · 2. This is a grade 23 titanium habanero hot sauce that has a

    BalasHapus