Halaman

Minggu, 19 Februari 2012

MENJELAJAHI TRANS SULAWESI (1)

*Dari Manado ke Makassar via Jalur: Poso - Palopo - Tana Toraja - Pare-pare - Makassar

                Setelah selesai menjalankan cuti selama 2 minggu di kota Manado, kami mencoba memilih pulang ke Makassar melalui jalan darat, kebetulan ada mobil Suzuki APV kami tahun 2006 yang berwarna biru berada di Manado yang harus saya bawah pulang ke Makassar. Kami bertiga dalam mobil yaitu saya (Bahar Ilyas), isteri saya (A.Peggy Laneke) dan anak saya (Brigyta M.Ramadhany) yang saat itu berumur 1 tahun 5 bulan (masih tergolong bayi). Sebelum berangkat dari Manado saya persiapkan peta Sulawesi skala 1 : 200.000 yang bisa terpampang jelas jalur jalan trans Sulawesi, lengkap dengan nama kecamatan dan nama-nama desa. Juga tak lupa saya siapkan sebuah alat bantu yaitu "kompas" kecil (penunjuk arah) yang sederhana  yang bisa membantu menuntun saya ke arah Selatan karena kami berangkat dari Sulawesi-Utara ke arah Sulawesi Selatan.

Foto-1: Indahnya pantai Manado dengan latar belakang Gn. Manado Tua

                Karena kondisi dan acara pamitan ke keluarga dan teman-teman yang kami kunjungi satu-persatu membuat keberangkatan kami dari kota Manado menjadi larut malam karena harus mengikuti acara makan malam dan mengantar keluarga satu persatu ke rumahnya, akhirnya kami baru bisa start dari Manado sekitar jam 12 tengah malam, dengan keyakinan dan tanggung jawab saya ke keluarga maka saya tetap jalan dan dengan modal mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim" saya tetap jalan malam itu, sebelum lepas dari perbatasan kota Manado kami disambut dengan hujan deras (continues heavy rain) dengan jarak pandang (visibility) yang sangat pendek sehingga jalan mobil kami sangat lambat, hanya berkisar 20-40 Km perjam karena kebetulan jalannya juga naik turun dan ber-kelok-kelok serta banyak jurang di kiri-kanan. Sekitar jam 4 subuh saya sudah mulai ngantuk dan terpaksa singgah di Polres Amurang untuk istirahat sejenak. Alhamdulillah.... tidur kami di mobil itu pulas dan nyaman dan baru terasa setelah sinar matahari mengenai mata saya sekitar jam 6, kami tidur tetap pake AC karena diluar masih juga hujan deras.

Foto-2 : Suasana jalan dipinggiran sepanjang pantai

                 Setelah kami menyerup kopi yang dibuat di mobil, saya jalan lagi, kali ini agak lebih cepat (80-90 Km/jam) karena masih pagi, segar dan cuaca juga sudah terang. Satu persatu kota-kota indah nan bersih kami lalui....Kotamobagu ....Gorontalo ... dan malamnya kami sudah sudah sampai di Marissa (perbatasan wilayah  Gorontalo), terasa sangat capek dan kali ini kami sekeluarga mau mencicipi makanan dan durian yang terlihat banyak di Marissa, setelah makan saya ngantuk dan memilih untuk tidur dan parkir di areal pompa bensin sekalian ngisi bahan bakar, sebelum tidur saya juga tak lupa nanya-nanya tentang gambaran jalanan didepan, terutama soal pombensin dan keadaan kampung-kampung. Karena jawaban dari masyarakat sekitar situ membuat saya tidak nekat jalan malam, saya memilih tidur pulas dan istirahat, namun waktu tidur sekitar 3 jam membuat saya merasa terlalu lama tidur. Saya coba liat peta dan membandingkan informasi yang saya peroleh, akhirnya saya tentukan tetap berangkat, saat itu sekitar jam 12.00 malam, dalam peta terlihat banyak pegunungan yang saya harus lalui, jalan berkelok dan turun naik, nasihat orang di pombensin yang saya terima adalah hati-hati saja dan kalau ada orang yang menyetop atau memburu gak usah diperdulikan.

Foto-3: Terkadang kami mendapatkan jalan sempit yang belum selesai di aspal

            Anak saya masih tidur pulas, saya dan isteri siap jalan, setelah lepas tengah malam, setelah menikmati secangkir "coffee mate", saya start lagi. Kami rasakan jalan sangat sepih, dan tak satu pun kendaraan yang berpapasan, yang kami temui hanyalah hutan lebat, gelap gulita kiri-kanan. Setelah puncak-ke puncak kami lalui dengan hati-hati walaupun sedikit cepat karena jalan cukup bagus, namun sekitar jam 3 - 4 baru kami  temui kampung sepih yang tidak ada lampu listrik, hanya terlihat lampu strongking di satu-satu rumah, tiba-tiba saya lihat di kaca spion ada motor mendekat, saya sedikit tancap gas walaupun jalannya agak jelek banyak berlobang, motor itu itupun tancap gas, ada apa gerangan? saya tetap tancap gas selama sekitar satu jam .... sampai motor itu sudah tidak kelihatan lagi. Saya mulai santai dan agak pelan dan tetap berdoa .... "ya Allah selamatkan kami dalam perjalanan ini" .... kami tetap jalan sampai matahari terbit. Di pagi hari kami tetap jalan pelan sambil kami mulai nikmati jalan-jalan di kampung, kami perhatikan desa-desa dan anak-anak sekolah yang berjalan kaki ber-ramai-ramai tapi tidak terlihat ada sekolah-sekolah, mungkin mereka harus jalan kaki antar kampung.

Foto-4: Suasana kampung yang dilalui terasa damai

         Setelah kami mencapai kota kecamatan yang agak ramai, yang kami cari adalah pompbensin karena "Fuel Indicator" kami sudah mendekati "Empty", kami sedikit was-was karena sampai jam 7 lewat belum ada pompbensin, kami urut-urut dari satu kota ke kota kecamatan masih belum juga menemukan pomben, kami tetap jalan walaupun pelan karena sudah mulai ngantuk dan capek, kami tetap jalan dan mengaharap agar segera bisa istirahat, benar juga sebelum keluar kota kecamatan kami mengikuti beberapa truk yang sudah antri di pomben, sekitar setengah jam kami antri akhirnya dapat juga, kami isi full .... lalu kemudian jalan. Sekitar jam 9 pagi kami mampir di suatu pantai indah yang berpasir putih .... kami mandi dan beristirahat  sejenak...abis itu ... buat kopi dan ngeluarkan roti dan slei kacang yang kami bawa .... sebelum jalan kami sempat tidur sekitar satu jam. Setelah menempuh hampir seribu kilometer baru kami mulai melihat petunjuk jalan yang bercabang, ke arah kanan Palu Sulteng, ke arah kiri Makassar lewat Poso. Kami memilih arah Poso tetapi kami mulai berhitung agar memasuki kota poso sebelum sore atau malam karena informasi yang kami terima bahwa Poso belum seratus persen aman saat itu.

Foto-5 Peta yang menuntun kami dari Poso - Wotu - Masamba yang akhirnya sampai di Palopo

           Alhamdulillah ....kami masuk kota Poso yang indah itu sekitar jam 14.00 siang, kami mulai mencari warung-warung. Yang kami temukan di kota Poso banyak juga warung-warung Jawa, masakan Padang atau coto Makassar, akhirnya kami memilih coto makassar yang pake ketupat, sambil istirahat sejenak, kami mencuci muka dan badan, sambil bertanya-tanya informasi tentang jalanan menuju Palopo. Yang paling penting dari target kami adalah harus bisa keluar dari wilayah konflik sebelum matahari tenggelam, benar juga di jalan kami temui banyak pos-pos Polmas (polisi masyarakat), dibeberapa desa/kampung masih terlihat juga bekas-bekas gereja yang terbakar, begitu juga beberapa mushallah. Kami memang tak bisa ber-lama-lama di kota Poso, karena itu kami buru waktu. Dengan persiapan yang matang (fuel dan tenaga) kami segera jalan dan meninggalkan kota Poso, istri saya membaca peta dan melihat banyak pegunungan yang kami harus lintasi didepan, benner juga sampai hari menjelang gelap kami belum menemukan kampung-kampung. Kami hanya melalui hutan lebat, jalan sempit dan beberapa pinggiran gunung yang runtuh dan longsor, kami juga diguyur hujan lebat sepanjang malam. Dan yang paling menakutkan adalah kilat dan guntur yang sangat hebat, sesekali kami melihat ular melintas dijalan, kami tetap jalan walau pelan, pada malam hari kami jarang berpapasan dengan kendaraan, hanya sesekali berpapasan dengan truk, itupun harus pelan atau minggir dan berhenti agar kita bisa berpapasan di jalan sempit.

Foto-6 : Suasana jalan yang berlumpur membuat kami jalan sangat pelan

         Sekitar jam 8 malam saya perhatikan fuel indikator sudah mulai berkurang banyak, tersisa sekitar seperempat, posisi kami masih dalam keadaan hujan deras dan berada dalam hutan lebat, saya memang agak merasa keder juga, tapi saya tetap memperlihatkan sikap keyakinan pada isteri bahwa InsyaAllah kita aman, setelah beberapa jam kami rasa sudah mulai menurun dari bukit yang tinggi, jalan panjang terasa menurun terus, dan tiba-tiba kami melihat penjual bensin eceran diujung kampung, spontan saja saya berhenti dan langsung bertanya pada penjual "ada berapa litar pa?" oh tinggal 30 liter jawabnya, ya masukin semua pa jawab saya. Sambil saya bertanya-tanya tentang jalan di depan, jawaban orang itu membuat saya tersentak, karena dia menjawab yang bapak lalui tadi itu belum seberapa, didepan masih harus melintasi tiga atau empat pegunungan lagi, trus ... dimana ada pompbensin pa ...oouh nanti setelah di kota Palopo. Wouuuh tantangan berat, tapi saya harus lalui...bener juga, belum lama saya tinggalkan tempat bensin eceran itu ... jalan sudah mulai mendaki lagi...dan masuk hutan lebat .... jalan berkelok.... dan hujan deras pula.  Yang kami lakukan harus tetap jalan walaupun pelan, dan tak henti-hentinya saya perhatikan kiri-kanan jalan hanya soal jalanan longsor, sesekali saya perhatikan juga fuel indicator karena takut kehabisan bensin di dalam hutan atau di puncak.

Foto-7: Suasana desa dengan persimpangan jalan sepi tanpa petunjuk jalan


          Akhirnya saya sedikit merasa aman setelah masuk wilayah Sulawesi selatan, walaupun petugas pos mencegat kami, mereka hanya menanyakan dari mana dan mau kemana, di pos perbatasan tidak memeriksa apa-apa kecuali STNK, dan SIM. Kami sedikit merasa aman walaupun sudah lewat tengah malam dan hujan pun sudah mulai redah, dan kami tetap lanjutkan perjalanan .... terus melintasi hutan demi hutan, kampung demi kampung, walau sedikit bisa tancap gas karena jalan agak rata dan lumayan mulus. Sekitar   jam 4 pagi kami mulai agak pelan .... karena sudah mulai ngantuk dan capek, anak saya masih tidur pulas serasa tidur dirumah, pake AC dan susu tetap dibuatkan sesuai jam kebutuhannya. Setelah mulai terlihat kampung ramai saya agak berjalan pelan (sekitar 40Km/jam) sambil menikmati lagu-lagu Manado dari kaset (masih pake kaset pita saat itu), saya merasa lebih tenang lagi setelah mendengar azan subuh berkumandang, terlihat orang-orang desa menuju masjid, juga sudah banyak terlihat orang dipinggir jalan sedang menunggu angkot menuju kota Palopo, sampai di kota Palopo kami berhenti di pombensin besar, bahkan kami tidur dulu disitu sebelum mengisi bensin karena capeknya sudah sangat berat.

Foto-8: Peta jalan yang menuntun kami menuju Toraja dari Palopo yang Pendakiannya dahsyat


        Dari kota Palopo kami sedikit merubah rencana, kami tak lagi menargetkan segera ke Makassar, melainkan kami melihat-lihat jalan di peta dan mengumpulkan informasi bagaimana kalau belok arah menuju Tana Toraja. Selepas istirahat dan sarapan pagi di kota Palopo kami mulai lagi berpetualang, kami harus menuju pegunungan tinggi untuk mencapai Tana Toraja, bener juga dipagi hari yang cerah...kami mulai mendaki... dan berkelok-kelok mengitari gunung yang sangat indah, pemandangan yang luar biasa, jalan ber-susun-susun diselimuti dengan embun pagi, dipuncak paling atas kami lihat awan rendah malah di bawah kami, sesekali kami lihat airterjun... pemandangan hutan yang hijau lebat dipadu dengan biru bersihnya langit, dan bener juga kami tak tertahankan .... akhirnya kami mencari posisi parkir yang aman lalu menikmati pemandangan .... kami buat foto-foto kenangan ... wouuhhh sangat indah luar biasa. Kami tak boleh terlena ... kami tak sabar lagi ingin melihat-lihat ...Tanah Toraja ... kami masuk kota dan mencari-cari tempat wisata yang biasa di cari oleh turis-turis bule...kami sempat kesana ... dan bahkan dari jalan kami sempat lihat pesta orang meninggal sebelum dikuburkan, abis itu kami cari warung ... sebelum menuju Pare-pare..., setelah menikmati Toraja setengah hari, kami mulai lagi melanjutkan perjalanan.

Foto-9 & 10 : Tanah Toraja dengan rumah Tongkonan yang khas



    Dari Toraja ...Enrekang ....dan setelah Sidrap...lagi-lagi kami tak mau buru-buru pulang ke Makassar, kami menambah lagi perjalanan menuju Pinrang karena rasanya kami sudah lama tak mampir ke rumah kakak di Pinrang, akhirnya di Pinrang kami bersantai dan bahkan memang merencanakan menginap di rumah saudara, besok paginya kami sempat nyekar dikuburan ibunda, dan bahkan perjalanan panjang kami ini kami rubah menjadi  perjalanan kunjungan ke beberapa saudara, mampirlah kami dalam perjalanan, mulai dari Pinrang kota .... Pare-pare... lalu ke Pantai Kupa.... Palanro .... baru sorenya tancap ke Makassar ..... sampai di Makassar sekitar tengah malam .... dan masuk ke rumah Sudiang ...., suatu perjalanan panjang ..... seru .... penuh perjuangan ...... yang menempuh hampir 3000 kilometer.... wah cuaaaaapeeeeekkkkk sekali.

Bahar Ilyas. HF
Januari 2009

19 komentar:

  1. Lista biasa, jura kalo naik motor cukup aman kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik motor lebih asyik lagi lah, lebis bebas, lebih cepat dan praktis, tinggal perhitungkan bensin beli dimana, krn banyak jalan mungkin 2-3 jam perjalanan gak ada yg jual

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Bagus & hebat serta perlu kucoba

    BalasHapus
  5. Bagus & hebat serta perlu kucoba

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Coba deh, skrg lebih aman dan banyak pilihan jalan, tempat makan yg disinggahi, mampir liat pemandangan, jgn lupa bawa kamera yg bagus

      Hapus
  7. dengan sepeda dari palu ke makasar apakah aman?

    BalasHapus
  8. mau tanya perjalanan darat dari manado ke makassar mana yg lebih dekat dan lebih aman tidak terlalu banyak pegunungan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. saya rasa kalo dari manado meuju makasar sama banyak pegunungannya. tapi kalo dari sisi jarak lebih dekat via poso

      Hapus
  9. Keren pengalamannya pak Bahar Ilyas...

    BalasHapus
  10. Mantaaapz sekale...
    Kami mau coba deh...
    Thx utk info-nya ya..
    God Bless...

    BalasHapus
  11. masih ada kah bus manado toraja hari senin tanggal 25

    BalasHapus
  12. Saya amat berminat utk backpaking dari Manado ke Makassar
    Soalan saya;
    1. Bagaimana kondisi jalan raya sekarang bila dibanding dgn jalan raya yang saudara lalui tahun 2012

    2. Perkhidmatan bas antara bandar dari Manado ke Makassar bagaimana?

    3. Bagaimana pula soal keselamatan diri sekiranya backpacking berseorangan?

    Terima kasih didahulukan

    PokAmid...Terengganu, Malaysia

    BalasHapus
  13. Mohon infonya, apakah ada bus dari Makassar ke Gorontalo? Mksih

    BalasHapus
  14. Klu naik bus berapa ya kira2

    BalasHapus
  15. Sangat menarik petualangannya saya mau coba dari Gorontalo ke Makasar

    BalasHapus